Sejarah Desa Tae Kec. Balai
Desa ini disebut Desa Tae, dimana kata Tae itu sendiri merupakan nama “FIT Tae“, dalam bahasa Dayak setempat bermakna air atau sungai. Tokoh pendiri kampung Tae yang sekarang menajdi desa yaitu Apet Song, adalah orang yang pertama bermukim ditempat ini, dan zaman merekalah mulai memakai penyebutan Tae, hingga menjadi kampung Tae, karenanya Fit atau sungai Tae.
Dalam perjalanan waktu, dan kapan terjadinya regrouping desa, Kampung ini menjadi Dusun Tae, yang selanjutnya menjadi Pusat Desa. Letaknya strategis di antara dusun-dusun lain, setidaknya menjadi pertimbangan sehingga Dusun Tae menjadi pusat Desa Tae.
Sebelum ada pemerintahan desa, Kampung Tae pernah dipimpin oleh pak Cula sebagai kepala kampung dan Bapak Kulak sebagai Kebayan (Pemimpin Adat). Pemerintahan Desa mulai dijalankan sejak tahun 1989, sedangkan kantor desa didirikan Tahun 1989. Pemerintahan desa telah berjalan dengan 4 periode, mulai dari Periode Pertama ( ke-1 ) hingga periode 3 yaitu 12 tahun, oleh Abut. Sedang Masa KE 4 (Empat), kepala desa Terpilih Adalah MelkianusMidi , Terpilih Tahun 2013 Beroperasi demokratis dengan masa bhakti Dari Tahun 2013-2019.
Selanjutnya setiap dusun atau kampung di Desa Tae, memiliki Sejarah kampungnya sendiri-sendiri,yakni:
Zaman dahulu, orang Tae dan orang Peruatn
hidup dalam satu kelompok, tetapi sewaktu ada serangan Macatn, Orang Peruatn
mampu mengalahkan macatn, sedangkan orang Tae lari untuk menghindari serangan
Macatn, mereka lari dan akhirnya menetap ke sungai Ubah di dekat Tiong Kandang,
Disebutnya kampung ubah karena di lokasi tempat mereka bermukim banyak di
jumpai pohon ubah. Zaman itu juga masih zaman Ngayau, dimana mereka berkayau
dengan orang Landak (daerah Sangku). Tetapi kemudian, pemukiman yang berada di
dekat sungai Ubah dipindahkan ke dekat sungai yang lebih besar, yang bernama “
Pitn “ atau sungai Tae. Berpindahnya lokasi pemukiman ke dekat sungai Tae, maka
mereka menyebut kampung tersebut dengan nama kampung Tae sesuai nama sungai.
Selain menjadi nama kampung Tae, tempat ini juga menjadi pusat pemerintahan
desa Tae.Pada tahun 1952, Kampung Tae masih memiliki Radakng (Rumah
Betang)..Pada tahun 1995, rumah radakng dibongkar dan menjadi rumah-rumah
tunggal, alasan pembongkaran dengan maksdu menyesuaikan bangunan rumah dengan
perkembangan zaman.
Sisilah pemerintahan kampung Tae, dimulai dari:
-
Kula , sebagai Mangku , dilanjutkan ke
-
Tahot , sebagai Domong , dilanjutkan ke
-
Lula , sebagai Domong , dilanjutkan ke
-
Yompos , sebagai Kepala kampung , dilanjutkan ke
-
Paulinus Abut , sebagai Kepala kampung ( 1 periode), bahasa ke
-
Paulinus Abut , sebagai Kepala Desa ( 3 periode, mulai tahun 1989 – 2002), dilanjutkan ke
-
Kari , pejabat sebagai pejabat kepala Desa Tae , sejak tahun 2003 – 2004, dilanjutkan ke
-
Sakius Adis , sebagai Kepala Desa (1 periode tahun 2005 – 2011), dilanjutkan ke
-
Melkianus Midi , sebagai Kepala Desa , masa bakti 2012 – sekarang.
2.
Kampung Maet
Masyarakat kampung Maet tinggal di daerah Pale , sebagai kampung tua, pemukiman ini disebut pale, karena dikampung tersebut terdapat pohon pale , Pale sendiri merupakan jenis tumbuhan palma yang batangnya banyak terdapat duri yang tajam. Karena kampung ini sering disambar petir raya, akhirnya penduduk kampung pindah ke Maet hingga sekarang.
Bapak Mel, adalah orang pertama yang membuka kampung Pale, Beliau seorang Pandai Besi. Bapak Pria memiliki 4 orang Anak, yakni : Juni, Iran, Lanu dan Upeng .
Dalam pelestarian adat, masyarakat kampung Maet masih di atur di Kampung Tae.Hingga sekarang, kepandaian pandai besi membawakan anaknya Iran.
3.
Kampung Mak Ijing
Mak Ijing berdasarkan sejarah awal mula terbentuknya 2 wilayah pemukiman yang ada di bukit Tiong Kandang, yakni Daerah pemukiman Tembawang Empuyu yang dipimpin oleh Bapak Atuh dan Pemukiman Tembawang Santis yang dipimpin oleh bapak Pakakng. Dalam perjalanan waktu 2 wilayah pemukiman ini berpindah tempat, Mereka yang tinggal di Tembawang Empuyu pindah ke Bangkan dan Kandong.Mereka yang bermukim di Kandong berpindah lagi ke Ma Ijing dan bersama dengan mereka yang bermukim di Tembawang Santis berkumpul di kampung Mak Ijing hingga sekarang. Dulu zaman Demang Mak Ijing lebih dikenal dengan Empuyu.
Sejarah kepemimpinan di Dusun Mak Ijing, dimulai dari:
1. Atuh (Temenggung)
2. Itah (Temenggung)
3. Ure ( Mangku)
4. Suden (Mangku)
5. Tehon (Demon)
6. Embes (Demon)
7. Kampung (Kepala Kampung)
8. Empukul Kepala Dusun
9. Minggu (Kepala Dusun)
10. Marselus Yopos (Kepala Dusun)
11. Master Pin ( kepala Dusun) - hingga sekarang
4.
Kampung Bangkan
Bangkan bersadarkan sejarah terbentuknya berasal dari daerah Pemukiman Tembawang Empuyu yang berada di Bukit Tiong Kandang.Dari daerah Tembawang Empuyu, ada kelompok yang pindah ke Bangkan dan Kandong. Yang di Bangkan Tetap tinggal di Bangkan hingga saat ini, sedangkan di Kandong akan pindah lagi Ke Mak Ijing.
Secara harafiah, kata Bangkan adalah nama dari jenis pohon yang banyak tumbuh di Tembawang Bangkan, yaitu pohon Bangkan. Kampung Bangkan berada di punggung atau lereng mungguk Tiong Kandang yang dikelilingi bukit dan hutan yang masih relatif lebar. Dilereng dimana kampung Bangkan berada ditumbuhi banyak sekali kayu bangkan, sehingga kampung ini dinamai Kampung Bangkan.Kampung ini menyungguhkan kesejukan alam dan keakraban sosial masyarakatnya.
Meski berada di punngung bukit, beberapa sungai kecil mengalir dari sisi-sisi kampung.Sungai-sungai ini tidak pernah kering, sepanjang kemarau.Sungai-sungai inilah yang digunakan untuk sumber air minum, mengairi kolam, mencuci,mengairi sawah dan keperluan hidup lainnya.Disetiap belakang rumah penduduk selalu ada kolam-kolam kecil sebagai tempat pembuangan udara sekaligus kolam ikan.
5.
Kampung Padang
Sebelum kampung Padang terbentuk, masyarakatnya hidup terpisah-pisah dari keluarga satu dengan keluarga lainnya. Namun mereka saling kenal dengan keluarga lainnya meski hidup dan tinggal berjauhan.Hidup mereka berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk membuka ladang dan sawah dengan membawa serta seluruh kelurga dan peternakan mereka.Untuk melindungi keluarga dari panas, hujan serta binatang buas, kepala keluarga membangun rumah sederhana atau yang disebut pondok ladang bagi mereka untuk tinggal.
Adalah Apet Paga, seorang kakek tua yang mengumpulkan anak-anak serta keluarga-keluarga yang rumahnya terpisah agak jauh mengadakan pertemuan dan mengajak mereka untuk pindah di satu lokasi. Lokasi tempat mereka pindah di namai “Padakng”.Sedangkan rumah ladang mereka dijadikan tembawang oleh masing-masing keluarga.Apet Paga oleh masyarakat diangkat menjadi Domong.
Desa Padakng memiliki seorang dukun (alhi pengobatan) bernamaTalep tadi kenal dengan nama Apet (kakek) Mawikng. Dia adalah dukun pertama di kampung Padang. Dinamai Apet Mawikng karena sering kali pak Talep pergi kehutan kemudian sesat dan tidak pulang selama beberapa hari. Menurut mitos kampung Padang ketika seseorang sesat dan tidak menemukan jalan pulang, seseorang tersebut diambil oleh Amot (hantu) Mawikng. Oleh masyarakat pak Talep dicari dan diambil dengan cara baliatn. Namun begitu pak Talep ketemu, dia sedang sakit keras. Sebelum meninggal pakTalep (Apet Mawikng) berpesan kepada anak dan cucunya untuk menguburkan dia di lidah air (tanjung). Kubur Apet Mawikng tersebut oleh masyarakat Padang dijadikan keramat.Masyarakat Padakng sampai hari ini berdoa di kuburan keramat tersebut.
Setelah meninggalnya Apet Mawikng, salah seorang yang bernama Sawah menganggap Apet Mawikng sebagai dukun. Pak Sawah adalah keturunan Jawa (muslim) dan Dayak. Dia lahir di Sangku dan menganut agama Katolik.Pak Sawah sebelumnya banyak belajar di sekitar desa terutama belajar tentang obat-obatan alam seperti daun-daun di hutan untuk mengobati luka luar dan patah tulang. Selain memiliki keahian mengobati luka luar dan patah tulang,
Pak Sawah juga ahli dalam mengobati orang terkena santet, terkena
kamang, muntah darah yang dibuat orang, demam (tabetn) sakit kura (malaria),
ginjal (kebarah), sakitperut bagian bawah, prana, ngambil dan memanggil
semangat. Pak Sawah mulai jadi dukun sejak tahun 1970- an.
Pada tahun 1958, Pak Sawah dengan
2 temannya bernama Agoi ( dari desa Pulak, dan Luyakng mengkuti latihan militer
di Ngabang dalam rangka persiapan untuk dikirim ke Irian Barat. Namun
Melayu di Ngabang tidak mengijinkan
orang Dayak jadi tentara sehingga pak Sawah dan 2 temannya tidak dikirim ke
Irian Barat.
Geografis wilayah kampung Padang
adalah perbukitan oleh karena itu mayoritas masyarakat berladang atau disebut
ladang munggu.Beberapa keluarga memiliki sawah namun luasnya kecil. Padang berbatasan dengan: Sangku - Landak,
Muyak danTeradak.
Sampai hari ini masyarakat Padang
masih mempraktekkan tradisi orang nenek moyang mereka sebelum melakukan segala
aktivitas yang disebut“betabe”atau (permisi).
6.
Kampung Paragong
Orang pertama yang membuka tembawang ini adalah Pak Usen (alm) yang
merupakan kakek dari istri Pak Usup (Akai). Keturunan yang masih hidup sekarang
adalah Akai (istri pak Usup yang juga ikut dalam survey batas, pemetaan
masyarakat)dan Pagi yang merupakan kakaknya yang sekarang tinggal di kampung
Padakng, Desa Tae, dan saat ini Peragong sudah di huni selama 3 Keturunan. Di
Kampong Peragong tersebut terdapat 4 buah tembawang yakni tembawang peragong 1
dengan luas ±1 ha, tembawang peragong 2 dengan luas ±50m, tembawang peragong 3
dengan luas ±1 ha, tembawang peragong 4 dengan luas ±100m.
Penduduk tinggal pertama kali di tembawang peragong 1, kemudian tembawang peragong 2, selanjutnya tembawang peragong 3 dan terakhir peragong 4 yang masing-masing letaknya tidak berjauhan.
Silsilah Keturunan
Pak Usen à Moyang, istrinya Sanden.
Lambu à Perempuan (Sudah Meninggal)
Lambai à permpuan (masih hidup)
Bahar à Laki-laki (hidup)
Tonyom à Perempuan (masih hidup)
Anak Lambai:
1.
Pagi à Perempuan
2.
Akai à Istri Pak Uyup
(Anak dari Pak Uyup dan Akai)
Pak Jampi (Ketua RT Peragong)
7.
Kampung Semakar
Sejarah kampung semangkar, berawal dari Apet Manta dan Masak yang tinggal Enggano daerah Buluh Bala--- Daerah Pakeng. Ampet Manta dan Masak mempunyai 7 anak, mulai dari : (1) Isa
( anak Pertama), (2) Ganye ( Anak ke 2). (3) Mundeng (Anak ke 3). (4) Lapo ( Anak Ke 4), (5) Alep ( Anak Ke 5), (6) Sengke
( Anak Ke 6) dan ( 7) Mpekng ( Anak Ke 7 dan Si Bungsu).
Dari 7 beradik ini pindah ke beberapa tempat, masing –masing ke :
1. Mundeng pindah ke Sapatn
2. Sengke pindah ke Calong
3. Alep pindah ke Bayen
4. Isa, Ganye, Lapo dan Mpekng, 4 beradik pindah ke Semakar.
Semakar sendiri awalnya bernama Lo Mangkar, karna di kampung ini terdapat Pedagi Lo Mangkar.Karna letak Pedagi di lokasi yang sering terendam air, maka penamaannya diubah perubahannya kampung Semakar. Pada awalnya Di Semakar terdapat Radakng (rumah panjang) yang terdiri dari 13 pintu dan dipimpin oleh Isa sebagai Kepala adat, sedang temenggungnya berada di Buluh Bala.
Kepemimpinan kampung yang ada di Semakar, dimulai dari :
1.
Isa sebagai Kepala Kampung
2. Angkan
3. Lapo
4. Akum
5. Kebet
6. Jali
7. Alu
8. Surya
9. Lopo, Kepala Dusun
10. Napis , kepala dusun – hingga sekarang
sumber: Dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan Desa Tae
0 comments:
Post a Comment