SEJARAH DESA TANGGUNG Kecamatan Jangkang
Desa Tanggung terdiri dari 7 dusun, setiap dusun mempunyai catatan
sejarah tersendiri, sejarah dusun –dusun tersebut dapat dilihat pada uraian
dibawah ini :
Dusun Tanggung pada awalnya berada di tepi Sungai Tanggung, sehingga
nama pemukiman ini diberi nama kampung
Tanggung. Pada umumnya penduduk asli kampung Tanggung adalah sub
suku dayak Jangkang benua. Masyarakat
ini berasal dari kampung Tayu. Sekitar
tahun 1980-an dengan dibangun jalan jalur Kembayan ke Balai Sebut, sehingga
pemukiman masyarakat Tanggung yang pada awalnya di tepi sungai Tanggung
berpindah ke kiri-kanan jalan raya tersebut.
Dusun Tanggung pada tahun 1960-an menjadi desa gaya lama. Selanjutnya pada tahun 1970-an berubah menjadi desa
dengan 4 dusun yaitu dusun Tanggung, Temura, Parus dan Engkolai, dengan pusat desa di dusun
Tanggung. Sejalan dengan pertumbuhan
penduduk terjadi pemekaran dusun, dimana pada tahun 2012 desa Tanggung ini
menjadi 7 dusun, dimana dusun yang dimekar, yaitu sebagian wilayah dusun
Engkolai dimekar menjadi dusun Seliding dan Benuang. Selanjutnya dusun Parus
dimekarkan menjadi dusun Sebao .
Sejarah dusun Temura, dimana penduduknya berasal dari Dusun Tanggung,
nama dusun Temura diambil dari nama sungai, yaitu Sungai Temura. Sekitar tahun
1980-an dengan dibangun jalan jalur Kembayan ke Balai Sebut, sehingga sebagian masyarakat Tanggung yang pada awalnya di tepi
sungai Tanggung berpindah ke kiri-kanan jalan raya tersebut, yaitu di sekitar
Sungai Temura. Pada tahun 1960-an Dusun Tanggung menjadi desa gaya lama dan
dusun Temura saat itu juga merupakan bagian dari Desa Tanggung. Selanjutnya pada tahun 1970-an, saat pembentukan desa
Tanggung dengan wilayahnya terdiri 4 dusun yaitu dusun Tanggung, Temura,
Parus dan Engkolai, dengan pusat desa di dusun
Tanggung.
Sedangkan dusun Parus, penduduknya berasal dari kampung Kobang yang saat
ini menjadi wilayah Desa Jangkang . Dari kampung Kobang, masyarakat ini pindah
ke lokasi baru yang bernama Tembawang Tudong, dan dilokasi tersebut terdapat
nama sungai yaitu Sungai Tudong. Selama di kampung Tudong, masyarakat ini masuk
dalam wilayah administrasi Desa Jangkang Benua. Sekitar tahun 1980-an dengan
dibangun jalan jalur Kembayan ke Balai Sebut, sehingga pemukiman masyarakat di
Tembawang Tudong berpindah ke kiri-kanan
jalan raya tersebut, dengan membentuk kampung baru yang diberi nama Parus, dan
menjadi wilayah administrasi desa Tanggung.
Penduduk asli Dusun Sebao adalah masyarakat dari dusun Parus. Sekitar
tahun 1980-an dengan dibangunnya jalan jalur Kembayan ke Balai Sebut, sehingga
pemukiman masyarakat di Tembawang Tudong
berpindah, yaitu ada masyarakat yang pindah ke kiri-kanan jalan raya tersebut, dengan
membentuk kampung baru yang diberi nama Parus, dan menjadi wilayah desa
Tanggung. Namun ada sebagian masyarakat Kampung parus yang pindah di muara
Sungai Sebao. Namun karena ada wabah penyakit yang menyebabkan banyak penduduk
yang meninggal-dunia dan masyarakat ini berpindah ke pemukiman baru yang
terletak di tepi Sungai Cukis. Nama kampung ini bernama Cukis yang masih masuk
dalam wilayah administrasi dusun Parus. Sekitar tahun 1990-an, dengan adanya
kegiatan PT.Inhutani membangun Hutan
Tanaman Industri dan membuat jalan menuju lokasi areal kerja. Sehingga, dengan
adanya jalan tersebut penduduk Kampung Cukis
berpindah dan membangun pemukiman di tepi jalan PT.Inhutani tersebut
yang terletak diantara Sungai Cukis dan Sungai Sebao. Kampung yang berada
dikiri kanan jalan tersebut diberi nama kampung sebao. Sedangkan masyarakat
Dusun Parus yang pindah ditepi sungai selompaong di jalan PT Inhutani membentuk
pemukiman kecil dan menetap. Karena air sungainya tidak layak dikonsumsi
pemukiman berpindah lagi kepinggir sungai Same dan sekarang menjadi Kampung
Same (RT pemukiman didalam administrasi dusun Sebao) dengan jarak dari pusat
desa 48km.
Nama dusun
atau kampung Engkolai diambil dari nama sungai, yaitu Sungai Engkolai. Pada
mulanya penduduk setempat berasal dari
suatu lokasi yang bernama Kampung Kobang.
Masyarakat dusun Engkolai adalah sub
Suku Dayak Jangkang benua, yaitu
dari Ketemenggungan Jangkang Kanan. Pada
awalnya kampung Engkolai ini adalah lahan ladang masyarakat dari Kampung yang
bernama Kobang. Dimana saat ini
menjadi dusun Kobang yang merupakan bagian dari
wilayah Desa Jangkang Benua. Pada mulanya Sambil berladang mereka juga membangun pemukiman yang dikenal dengan
“pelaman “. Namun semakin tahun semakin banyak masyarakat berladang di wilayah
tersebut dan akhirnya mendirikan pemukiman menetap di tepi Sungai Engkolai atau
disebut Kampung Engkolai. Sekitar tahun 1960-an kampung Engkolai menjadi desa gaya lama. Selanjutnya pada
tahun 1970-an berubah menjadi dusun yang merupakan bagian dari wilayah desa
Tanggung, sehingga berubah dari bersatus desa ( disebut juga kampung ) menjadi
dusun dan dusun Engkolai ini merupakan salah satu dusun dari Desa Tanggung.
Pada tahun 2012 dusun Engkolai
dimekarkan menjadi 3 dusun, dimana
ada 2 dusun yang baru yaitu dusun Seliding dan Benuang.
Nama dusun Seliding berasal dari nama sungai , yaitu sungai Seliding
yang melintas pemukiman saat ini. Terbentuknya pemukiman Seliding didorong
adanya pembangunan atau pembukaan jalan menuju ke desa Pisang sekitar tahun
1990, sehingga lokasi tersebut menjadi simpang 3, dan persimpangan tersebut menjadi tempat
persinggahan atau seperti halte bis bagi masyarakat yang mau menuju desa
Pisang. Kondisi ini mendorong masyarakat pemilik tanah disekitar simpang 3 ini
membangun rumah yang awalnya untuk berdagang atau berwarung. Masyarakat pemilik tanah ini berasal dari
dusun Engkolai dan ada juga dari desa
Pisang. Pada awalnya kampung Seliding ini merupakan bagian wilayah dusun
Engkolai. Dengan semakin bertambahnya penduduk dan banyaknya pemukiman di
Seliding ini, sehingga pada tahun 2012
menjadi dusun tersendiri atau pemekaran dari dusun Engkolai.
Pada awalnya
masyarakat dusun Benuang ini berasal dari kampung Tayu, yang bermukim di muara
sungai Sebomban sebanyak 7 keluarga. Pemukiman ini diberinama Benuang yaitu
sejenis tanaman pohon kayu hutan yang banyak tumbuh disekitar muara Sungai
Sebomban. Kampung Benuang ini bagian dari pemukiman dusun Engkolai. Karena ada
musibah yaitu kebakaran kampung, mengakibatkan ke-7 keluarga ini kehilangan
rumah. Untuk itu masyarakat ini pindah dan
bermukim di tepi Sungai Sorai, pemukiman ini hanya bertahan kurang lebih
10 tahun dan penduduknya bertambah dari 7 keluarga menjadi 25 keluarga. Sekitar
tahun 1990-an, adanya pembangunan atau
pembukaan jalan menuju ke desa Pisang, penduduk kampung Benuang sejumlah 25
keluarga ini pindah ditepi jalan menuju desa Pisang. Perpindahkan penduduk ini
disebabkan penduduk bertambah dan letaknya agak jauh dari jalan desa. Dengan
semakin bertambahnya jumlah penduduknya dari 25 keluarga menjadi 83 keluarga,
tokoh masyarakat setempat mengusulkan untuk menjadi dusun. Pada tahun 2012, kampung Benuang menjadi dusun tersendiri yang merupakan
bagian dari wilayah Desa Tanggung.
0 comments:
Post a Comment